Featured Post
Antara Aku , Freya , Dan Jimat ( Segitiga Di kamboja )
Antara Aku , Freya , Dan Jimat ( Segitiga Di kamboja ) Perkenalkan namaku Temon , Aku adalah perantau yang mencari uang di negeri orang ...
Minggu, 30 September 2018
Lintah Raksasa Purba Ini Resmi Didapuk sebagai Hewan Pertama di Dunia!
VIABOLA - Makhluk purba yang hidup lebih dari setengah miliar tahun yang lalu ini sekarang telah resmi menyandang gelar sebagai hewan pertama yang berjalan di muka Bumi.
Sebuah fosil yang diyakini berasal dari 558 juta tahun yang lalu itu diketahui terawetkan dengan baik karena masih memiliki molekul lemak. Temuan itu akhirnya menutup perdebatan mengenai identitasnya sebagai makhluk hewan atau bukan.
1. Peristiwa Letusan Kambrium
Temuan itu datang dari para ilmuwan Australian National University (ANU) di Canberra, Australia. Dalam publikasi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Science (21/9) itu menyebut, fosil yang ditemukan di Laut Putih (White Sea) Rusia itu berasal dari masa sebelum Letusan Kambrium (Cambrian Explosion)
Letusan Kambrium itu sendiri bukan letusan gunung berapi atau semacamnya, melainkan ledakan populasi makhluk hidup yang terjadi dengan sangat cepat pada 530 juta tahun yang lalu.
Ketika itu, muncullah kehidupan modern seperti trilobita (trilobite), porifera (spons), cacing (worm) dan moluska (mollusc). Tetapi, catatan-catatan fosil dari masa sebelum Letusan Kambrium itu masih sangat sedikit guna bisa menarik sebuah kesimpulan.
Namun kini, para ilmuwan untuk yang pertama kalinya berani mengklaim bahwa fosil yang mereka temukan itu adalah hewan yang pertama kali hidup di dunia.
2. Lintah raksasa Dickinsonia
Fosil hewan pertama di dunia itu disebut dengan Dickinsonia. Ditemukan di Rusia, fosil itu diketahui memiliki dimensi panjang 1,4 meter dengan tubuh yang datar berbentuk oval serta bergaris.
Seperti yang bisa kamu tonton dalam video di atas, ketika direkayasa secara visual dengan komputer mutakhir, hewan Dickinsonia ini menyerupai lintah raksasa yang bergerak dengan sangat lambat di dasar laut.
Fosil itu sendiri pertama kali dideskripsikan pada tahun 1947. Sejak itu, perdebatan panas nan panjang mengenai Dickinsonia itu hewan atau tidak, terus terjadi hingga lebih dari 70 tahun lamanya.
Soalnya, para ilmuwan belum menemukan kesimpulan yang sama apakah Dickinsonia ini termasuk alga, protozoa, lumut, koloni bakteri, ubur-ubur, karang, cacing atau sejenis jamur. Walau begitu, Dickinsonia ini diketahui memiliki beberapa fitur yang sama dengan organisme lain.
3. Ditemukan jejak lemak dalam fosil
Namun kini, ilmuwan dari Australian National University menemukan adanya jejak sisa-sisa kolesterol dalam fosil Dickinsonia yang ditemukan di Rusia satu itu. Temuan itu sendiri menjadi bukti sahih bahwa Dickinsonia masuk kategori hewan.
"Molekul lemak dalam fosil yang kami temukan itu telah membuktikan bahwa hewan itu berukuran besar dengan jumlah yang melimpah pada 558 juta tahun lalu, jutaan tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya," ungkap ketua peneliti ANU sekaligus paleobiogeochemist Jochen Brock, seperti yang dikutip Science Alert.
4. Fosil Dickinsonia sebelumnya minim informasi
Lalu mengapa kesimpulan ini baru muncul? National Geographic merilis, masalahnya terletak pada kondisi kualitas bahan organik yang terus menurun dari waktu ke waktu. 558 juta tahun merupakan masa yang sangat panjang untuk membuat sebuah fosil hancur tak tersisa. Kalaupun ditemukan fosil, bahan organiknya telah hilang.
Menurut ilmuwan ANU lainnya, Ilya Bobrovskiy, sebetulnya di Australia sendiri banyak ditemukan fosil Dickinsonia, khususnya di Bukit Ediacara, sebelah utara Kota Adelaide di Australia bagian selatan.
Hanya saja, di lokasi itu, fosil-fosil yang berhasil ditemukan telah mengalami penurunan kualitas karena panas, tekanan dan pelapukan. Akibatnya, fosil-fosil itu tidak meninggalkan bahan organik sedikitpun.
5. Upaya mati-matian para ilmuwan
Namun, beberapa fosil Dickinsonia yang ditemukan di Laut Putih Rusia justru menyimpan bahan organik. Walau begitu, menemukannya bukan hal yang mudah.
"Saya menumpang helikopter demi mencapai bagian dunia yang sangat terpencil. Tempat itu merupakan tempat tinggal bagi beruang dan nyamuk. Di sana, saya dapat menemukan fosil Dickinsonia dengan bahan organik yang masih utuh," ungkap biogeokimia ANU Ilya Bobrovskiy.
"Fosil-fosil Dickinsonia itu terletak di tengah-tengah tebing Laut Putih yang tingginya 60 sampai 100 meter. Saya harus menggantung di tepi tebing dengan tali sembari menggali blok-blok batu pasir yang besar. Kemudian saya membawanya turun dan mencucinya. Saya mengulangi proses itu sampai saya menemukan fosil yang saya cari."
Pada akhirnya, upaya seluruh para ilmuwan membuahkan hasil. Tim ilmuwan ANU berhasil menemukan jejak molekul lemak dalam fosil Dickinsonia yang merupakan salah satu ciri hewan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar